Budaya pertanian yang di wariskan leluhur adalah ruh pertanian masa depan. Adat budaya sedekah bumi kampung Darim 2018 yang diinisiasi pemuda-pemudi tani dengan dana swakarsa, di sambut antusias warga masyarakatnya. Sedekah Bumi dilaksanakan Rabu Pagi (10/10/2018) dan di awali dengan arak-arakan tumpeng yang di hiasi dengan berbagai macam hasil bumi kampung Darim.
Para Ibu-ibu dari semenjak malam hari hingga pagi menjelang mempersiapkan makanan di dapur umum yang di sediakan oleh bapak-bapak dan pemuda kampung Darim untuk memasak hasil bumi yang di olah menjadi berbagai macam makanan untuk di makan bersama sama di pelataran buyut Asti Pandawa.
Di mulai dengan penyerahan secara simbolis cangkul dan pedangan oleh Ketua Umum Asosiasi Bank Benih & Tekhnologi Tani Indonesia (AB2TI), Profesor Dwi Andreas Santosa dengan dilantunkan adzan sebagai pertanda akan di mulainya prosesi adat Labu Macul & ngarak tumpeng keliling Kampung Darim untuk mengingatkan kepada masyarakat lainnya pada mangsa kapat dalam perhitungan pranata mangsa jawa akan di mulainya kembali masa tanam rendengan (Musim Tanam pertama). Doa-doa serta sholawat dilantunkan pada acara Ngarak Tumpeng tersebut dengan di iringi pukulan kentongan dari bambu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas keberkahan hasil bumi yang meliputi pertanian, perkebunan dan peternakan. Ditutup dengan penyerahan cangkul di pelataran Buyut Asti Pendawa kepada Dr Hermanu Haung Triwidodo Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara. (GPN) sebagai penanda prosesi acara adat labu macul dan ngarak tumpeng telah selesai di laksanakan dan di lanjutkan dengan acara berikutnya yaitu kumpul tumpeng.
Sedekah bumi atau sodaqoh kepada bumi, selain adat budaya yang di pegang kebanyakan petani di Kabupaten Indramayu juga sebagai ajang mempererat tali silaturahmi dan semangat kebersamaan antar sesama masyarakat kampung Darim maupun masyarakat lainnya.
Adapun makna yang terkandung dalam adat sedekah bumi juga semua masyarakat petani kumpul dalam satu acara untuk menentukan ditetapkannya musim tanam 1 yang menurut perhitungan pranata mangsa jawa nenek moyang petani pada bulan Oktober jatuh pada mangsa Kapat, di mana ada 12 mangsa (Waktu) dalam hitungan pranata mangsa.
Pranata mangsa yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dikembangkan nenek moyang kita selama ratusan tahun tersebut di pakai untuk mengetahui mangsa mangsa di setiap pergantiannya atau akhir mangsanya, yang salah satunya ditandai dengan cuaca yang sangat panas di luar tetapi pada dasar bumi mulai dingin. Metodologi yang digunakan salah satunya dengan melihat tanaman kapuk yang buah nya pecah dan berguguran dan siap untuk di panen. Petunjuk lainnya adalah seperti umbi umbian yang daun dan tangkainya sudah mulai tumbuh dan menjalar.
Menurut salah satu sesepuh kampung Darim yakni bapak Dulkhasan, ia berharap dengan dilaksanakannya acara sedekah bumi, ke depan pertanian di kampung Darim khususnya dan Kabupaten Indramayu umumnya, bisa subur makmur dan sejahtera petaninya. Seperti pepatah, subur kang pinandur, murah kang pinuku , gemah ripah loh jinawi, baldatun toyibatun wa robun Gofur.
Perhitungan pranata mangsa dengan metodologi tersebut dibenarkan oleh Dr Hermanu Haung Triwidodo. Dr Hermanu sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara (GPN) yang hadir dalam acara adat sedekah bumi kampung Darim. Dalam sambutannya, ia memaparkan bahwa kampung Darim yang dikenal sebagai kampung tua yang tetap memegang adat budaya pertanian. Ia juga memaparkan, adat seperti ini juga yang dilaksanakan di setiap tahun pada satu Suro oleh Gerakan Petani Nusantara, di mana satu Suro tahun ini kalau pada perhitungan Jawa tahun B Windu senggoro Langkir 1952 saka , 1440 H , 2018 M.
Dr Hermanu menanbahkan, Kampung Darim yang terletak di Desa Puntang Kecamatan Losarang dan Desa Kendayakan Kecamatan Terisi Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar lahan sawah disana merupakan sawah tadah hujan yang mana pada tahun Senggoro Langkir akan banyak kurang hujan. Musim tanam kemungkinan besar baru bisa dimulai ketika intensitas hujan sudah tinggi. Karena kurang hujan ke depan kita akan dihadapkan pada masa susah pangan. Kita harus banyak berhati-hati dan tidak boros. Di samping itu, pada tahun Windu Sanggoro Langkir hama dan penyakit tanaman akan menjadi ancaman dominan selain kurangnya air. Acara sedekah bumi ini dilakukan sebagai refleksi diri untuk tetap berprasangka baik pada yang Maha Kuasa agar ke depan di limpahkan kebaikan untuk kita semua.
Dikatakannya, Pada tahun Windu Sanggoro Langkir, sifat-sifat kita akan banyak diwarnai oleh cerita Narasoma yang gila harta, tahta dan wanita serta menggunakan berbagai cara untuk memenuhi hasrat tersebut hingga mengorbankan orang-orang terdekat nya. Untuk itu, menghadapi tahun B Windu Sanggoro Langkir, kita harus mengganti kata, aku, kamu, menjadi Kita. Dan mengucapkan lebih banyak kata Maaf dan Teriakasih.
Sementara, Guru Besar Institut Pertanian Bogor dan Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Profesor Dwi Andreas Santosa dalam sambutannya ia memberikan banyak gambaran terkait budaya tani.
Ia menyebutan bahwa budaya pertanian kita sedikit demi sedikit terkikis karena arus globalisasi yang tak terbendung. Budaya pertanian terkikis, sehingga pertanian menjadi nir budaya dan hanya sekedar untuk menghasilkan komoditas yang diperdagangkan.
Dikatakannya, Ekonomi pangan semakin didominasi oleh pangan impor yang di produksi oleh petani-petani luar negeri terutama dari negara maju. Untuk itu, lewat acara Sedekah Bumi kampung Darim di harapkan kedepan nilai hakiki dan luhur budaya tani yang telah di wariskan oleh leluhur kita ratusan tahun yang lalu yang mulai tercabut dari akar budaya dapat dikuatkan dan diperkokoh kembali.
Sebelum mengahiri sambutannya, ia membacakan narasi dari Kesepuhan Jawa Barat untuk Kampung Darim. Berikut ini narasi yang dibacakannya :
Tanah adalah Ibu yang memberikan kita makan untuk kehidupan. Ibu adalah mahluk sehingga ibu harus di hargai di perlakukan dengan sopan dan di kelola dengan arif. Tanah tidak boleh diracuni supaya ia tetap hidup dan terus melakukan hak dan kewajiban nya sebagai ibu. Tanah harus selalu mendapatkan petunjuk dari bapak, yaitu langit. Tanah dan langit adalah tanda kehidupan yang saling memberi makna bagi keberlanjutan. Seperti pesan leluhur, Gunung lahur kayuan, lamping gawe awian, legok balongan, lebak sawahan, dan datar imahan. Benih adalah anak. Ia harus dididik dan di perlakukan dengan baik. Disapih dan ditimang seperti bayi. Dijaga supaya menjadi induk yang baik, di hormati supaya selalu beuner. Jangan di biarkan terlalu berpanas dan bermain di tengah hari. Benih harus ditinggikan dan di gantung. Anak kudu mukim di Leuit Benih asa naraskeun hirup.
Dan sebagai penutup beliau menyampaikan ucapan selamat merayakan pertanian sebagai budaya.
Penulis : Zaenal M