Tari Trebang Randu Kentir Merupakan Pengembangan Dari
Kesenian Trebang Yang Diperkirakan Telah Berkembang Cukup Lama Di Losarang.
Kesenian Trebang Telah Akrab Dengan Kepercayaan Animisme,
Nuansa Kehinduan, Hingga Pengaruh Dari Agama Islam Sekitar Abad Ke 17.
Tari Trebang Randu Kentir Mulai Dikenal Secara Luas Pada
Tahun 1970 Oleh Cahya.
Cahya Mengembangkan Tari Trebang Randu Kentir Dengan
Mengangkat Sebuah Cerita Rakyat Tentang Hanyutnya Nyi Dariwan Di Sungai
Cimanuk.
Berawal Dari Pengembangan Tersebut, Tampaknya Tidak
Menunjukkan Adanya Perubahan Mengenai Tari Trebang Randu Kentir.
Pada Tahun 2009, Tari Trebang Randu Kentir Diangkat Kembali
Oleh Dede Jaelani Dengan Sanggarnya Yakni Sanggar Asem Gede, Dengan Tujuan Agar
Dapat Menyalurkan Minat Masyarakat Terhadap Tari Trebang Randu Kentir.
Usaha Yang Dilakukan Dede Jaelani, Sejalan Dengan Apa Yang
Tengah Pemerintah Indramayu Lakukan Mengenai Program Revitalisasi Pada Tahun
2011 Dengan Menghidupkan Kembali Kesenian Daerah Yakni Tari Trebang Randu
Kentir Agar Dapat Dilestarikan, Dikelola Dan Dikembangkan.
Hasil Dari Revitalisasi Tersebut, Kini Dede Jaelani Mulai
Giat Dan Termotivasi Dalam Melakukan Pelestarian.
Penelitian Ini Difokuskan Untuk Mengetahui Usaha Dan
Aktivitas Sanggar Asem Gede Dengan Masyarakat Sekitar Losarang Dalam
Melestarikan Tari Trebang Randu Kentir Pendekatan Yang Digunakan Yaitu Ilmu
Sosiologi Dan Koreografi.
Ilmu Sosiologi Diharapkan Dapat Membantu Untuk Mengetahui
Aktivitas Dari Sanggar Asem Gede Dan Apresiasi Masyarakat Terhadap Tari Trebang
Randu Kentir.
Pendekatan Koreografi Digunakan Untuk Membedah Aspek Bentuk,
Teknik, Isi Serta Pengembangan Gerak Dalam Koreografi Tari Trebang Randu Kentir
Pada Sanggar Asem Gede.
Beberapa Cara Dan Usaha Pelestarian Yang Dilakukan Sanggar
Asem Gede, Yaitu Mengembangkan Bentuk, Pembagian Materi Dan Susunan Gerak (SD,
SMP, SMA/Sederajat), Pelatihan Tari, Dan Sosialisasi.
Tidak Hanya Sanggar Asem Gede, Pemerintah Dan Masyarakat
Secara Tidak Langsung Diharapkan Mampu Mendukung Dan Menjaga Tari Trebang Randu
Kentir Agar Masih Bias Dinikmati Oleh Generasi Berikutnya.
Sumber foto :
Facebook Dede Jaelani
No comments:
Post a Comment