Wednesday, 18 October 2017

Kedung Darma Romansha


Foto : Kedung Darma Romansha.

"Ketika usia 5 tahun saya sudah bercita-cita menjadi dalang wayang," ungkap Kedung Darma Romansha, Penulis novel dengan judul Telembuk, dangdut dan kisah cinta yang keparat, melalui akun facebook miliknya, Rabu (18/10/2017).

Setiap kali ada wayang, Lanjut  Kedung Darma Romansha, di balai desa saya tidak mau melewatkannya. Sejak bunyi tetalu, saya sudah menarik-narik tangan kakek saya untuk berangkat nonton wayang.

"Saya tidak mau nonton di depan kelir, saya tidak puas karena hanya terlihat bayangannya saja," ungkapnya.

Saya, Lanjut Kedung Darma Romansha, biasanya duduk di pinggir penabuh gong dan saya menontonnya sampai benar-benar tutup lawang sigotaka. Subuh dini hari saya baru pulang bersama kakek saya yang sebetulnya sudah menahan kantuk. Biasanya kakek saya tertidur menjelang 1 jam pergelaran selesai.

"Kali ini saya bertemu kawan lama saya Rifqi Yaqob, seorang seniman tradisi di Indramayu. Ia seorang sarjana hukum yang rendah hati. Sebelum berangkat ke Indramayu, saya bertemu dengannya di Balai Desa Cikedung Lor dalam acara sedekah bumi. Dia memintaku untuk menandatangani novel "Telembuk, dangdut dan kisah cinta yang keparat"," katanya.

Masih kata Kedung Darma Romansha, Dan saya diberi kesempatan untuk duduk di tempat dalang memainkan wayangnya. Saya ingat masa kecil saya, saya ingat kakek saya, saya ingat ayah saya, dan semua yang lebih dulu pergi meninggalkan saya. Sekarang saya tidak menjadi dalang wayang sesuai cita-cita kecil saya dulu, tapi saya menjadi dalang cerita yang juga membuat bayang dari peristiwa-peristiwa nyata di sekitar saya.

"Jadi, mari mainkan musiknya!!!," kata Kedung Darma Romansha.

Begitulah yang diungkapkan oleh Kedung Darma Romansha penulis novel Telembuk, dangdut dan kisah cinta yang keparat.

Oke, semangat dan teruslah berkarya kawan. Terimakasih.

No comments:

Post a Comment