Friday, 3 March 2017

Dinia

Secangkir kopi hangat pesananku sudah disajikan oleh pelayan kafe, dimana tempat kafe ini tempat yang ku jadikan untuk sekedar sejenak menghempaskan lelah dari aktifitasku dalam keseharian.

Ku buka bungkus keretek lalu ku nyalakan korek api, sebatang keretek ku hisap. Ku teguk kopi hangat.

Di meja ini hanya kunikmati saja sisa waktu menjelang sore hari. Sementara aku tidak memperhatikan seisi ruangan kafe, tetap saja aku menikmati favorit kopi hangat ini. Sebatang keretek habis sebatang lalu ku matikan pada asbak. Aku lihat setengah gelas kopi masih belum aku habiskan. Kuhentikan saja ketenangan imajinasiku kemudian sesaat aku pergi ke kasir untuk aku bayar dan meninggalkan kafe.

Di beberapa langkah dari pintu depan kafe, aku yang melihat sosok anak perempuan yang masih berusia SD sembari membawa keranjang kemudian aku berusaha mendekatinya.

Aku : Ade ini jualan apa?

Dia : Ini om, saya jualan kue. Om mau beli?

Aku : Oh, ya sudah om beli sepuluh ribu saja ya. Ini uangnya.

Dia : Ini om kuenya. Terimakasih ya om.

Aku : Ade ini namanya siapa?

Dia : Saya Dinia.

Aku : Ade kok jualan kue. Emangnya Ibu dan Bapak Ade kemana?

Dia : Ibu ada di rumah sedang sakit. Dan Bapak sudah tidak ada. Bapak sudah pergi tidak tahu kemana.

Aku : Ya sudah ade hati - hati ya kalau jualan. Ade sekarang sekolah kelas berapa?

Dia : Sekarang kelas 4 SD, om. Oh iya om, saya mau melanjutkan lagi jualan. Terimakasih ya om.

Kemudian aku pandanginya dia pergi menjauh sembari membawa keranjang isi kue, hingga dia jauh dari pandanganku. Ku lanjutkan lagi langkah kakiku pulang menuju rumah sembari membawa kantong plastik berisikan kue.

Selang beberapa menit akhirnya aku sampai di depan rumah. Kubuka pintu rumah kemudian ku letakan kantong plastik berisikan kue di atas meja.

Dirumah ini hanyalah aku seorang diri, setelah selesai membersihkan diri dan terasa segar kemudian aku duduk di kursi sembari melihat tontonan televisi dan menikmati kue.

Waktu terus berputar haripun sudah malam aku terasa kantuk kemudia aku beranjak ke tempat tidur. Sebelum ku pejamkan mata, sekilas aku terbayang saat aku bertemu dengan seorang anak perempuan yang masih bersekolah SD, Dinia. Dia yang begitu rajin dan mau membantu ibunya yang sedang sakit berada di rumah. Dalam hatiku, ada keniatan untuk besok harus bertemu dengan Dinia untuk bagaimana caranya aku harus menemui ibunya yang sedang sakit.

(Sang fajar menyinari pada sela-sela jendela dan burung - burung berkicau)

Aku yang sudah terbangun dari tidur kemudian bergegas ke kamar mandi kemudian setelah selesai semua dan aku sudah rapih ku lanjutkan meninggalkankan rumah untuk melangkahkan kaki menuju tempat kerjaku.

(Sore hari pada pukul 05.00 WIB)

Aku yang masih menunggu di tempat kemarin dimana saat aku bertemu dengan Dinia. Sudah hampir 30 menit aku masih menunggu Dinia tapi belum juga aku lihat. Kemudian, aku berusaha menanyakan di setiap warung di sepanjang jalan namun tidak seorangpun tahu alamat rumah Dinia.

Aku : Ibu tahu tidak anak perempuan yang masih sekolah SD, dia kemarin yang lewat di jalan ini sembari membawa keranjang dan berjualan kue?

Ibu Warung : Tidak tahu. Coba saja tanya ke warung sebelah sana. Coba saja tanya ke warung sebelah seberang jalan, mungkin dia tahu.

Aku : Terimakasih ya bu.

Kemudian aku menanyakan ke penjual warung yang berada di seberang jalan, namun dia juga tidak tahu siapa dan dimana Dinia.

Setelah aku tanya ke semua pemilik warung di sepanjang jalan ini kemudian aku pergi ke kafe tempat biasa aku menikmati kopi dan aku masuk ke dalam kafe kemudian aku pesan secangkir kopi ke pelayan.

Dibangku aku yang terbiasa tidak menghadap ke luar, sekarang aku duduk sembari melihat ke luar walaupun sesekali ku lihat seisi ruang yang ada di dalam kafe.

(Pelayan datang ke mejaku sembari membawa kopi.)

Pelayan : Ini pesanan kopinya, silahkan dinikmati.

Aku : Oh iya, terimakasih. Maaf, sebentar dulu. Aku mau tanya. Apakah Anda sering melihat dan tahu diluar sana anak perempuan yang seusia masih sekolah SD, terus dia berjualan kue?

Pelayan : Oh itu, Dinia.

Aku : Iya ya betul. Dia itu rumahnya dimana ya?

Pelayan : Dia rumahnya di sebah sana, mungkin kalau berjalan dari tempat ini jauh. Mending naik ojeg motor saja dan tanya saja ke tukang ojeg, pasti tahu rumahnya Dinia. Ada lagi yang mau di tanyakan?

Aku : Ok, sudah cukup. Terimakasih ya.

Pelayan : Sama - sama.

Selang beberapa menit kemudian aku membayar di kasir dan meninggalkan kafe. Kemudian aku mencari tukang ojeg yang tempatnya setengah jam jalan kali dari kafe menuju ke pangkalan ojeg motor.

(Hari mulai gelap)

Di depan rumah Dinia, aku mengetuk pintu rumah dan mengucapkan salam, kemudian dibukalah pintu rumah oleh Dinia.

Dinia : Maaf, cari siapa?

Aku : Oh iya, maaf mengganggu. Saya mau bertemu dengan Ibu. Apa Ibu ada?

Dinia : Ada. Silahkan masuk ke dalam.

(Diruang tamu rumah Dinia)

Terdengar suara batuk yang bersumber di dalam ruang tidur, kemungkinan dia yang batuk adalah Ibunya Dinia.

Dinia : Ibu, ada tamu. Dia mau bertemu dengan Ibu.

Ibu : Oh iya. Ya sudah nanti Ibu menemuinya. Nia, kedapur ya kasih tamu itu air.

Dinia : Iya Bu.

(Ibu beranjak dari tempat tidur dan Dinia ke dapur mengambil air putih untuk tamu.)

Aku : Maaf, saya bertamu.

Ibu : Tidak apa - apa, silahturahmi. Maaf, anda siapa dan maksud kedatangan anda ini apa?

(Dinia datang kemudian memberikan segelas air putih untuk tamu diletakan diatas meja.)

Dinia : Silahkan Om diminum airnya.

Aku : Terimakasih ya Ade.

Ibu : Nia, lanjukan lagi belajarnya ya.

Dinia : Iya Bu.

(Dinia kemudian pergi ketempat belajar.)

Aku : Maaf, sebelumnya izinkan untuk memperkenalkan diri. Saya, Jaka. Jadi, saya ini hari kemarin beli kue ke Dinia dan saya sedikit tanya - tanya ke Dinia.

Ibu : Oh....

Aku : Kata Dinia, Ibunya sedang sakit dan ada dirumah.

Ibu : Iya saya sudah lama sakit batuk - batuk dan pusing - pusing.

Aku : Maaf, kalau boleh saya tahu. Kenapa tidak di periksa ke dokter saja?

Ibu : Sudah pernah diperiksa ke dokter dan saya juga sudah minum obat yang dari resep dokter.

Aku : Oh iya, saya panggil apa ke Ibu?

Ibu : Panggil saja, Syifa. Jangan Ibu.

Aku : Hemmmm, Begini Syifa. Besok saya coba ke apotik untuk beli obat. Barang kali obat yang sudah diminum sudah habis.

Ibu : Terimakasih, obatnya masih ada. Nanti kalau obatnya sudah habis, Dinia yang beli lagi ke apotik. Jangan repot - repot.

Aku : Baiklah kalau begitu. Ini mohon diterima dari saya. Maaf, bukannya saya berniat apa - apa ke Syifa. Barang kali ini bisa untuk membantu Syifa dan Dinia untuk membeli kebutuhan lainnya. Mohon untuk diterima.

Ibu : Jangan. Saya dan Dinia anakku masih kecukupan.

Aku : Tidak, Syifa. Saya ikhlas memberikan ini, mohon untuk diterima. Oh iya, begitu saja dari saya. Mungkin dari saya ini saja dulu. Terimakasih sudah mengizinkan saya. Maaf, saya mau pamit dulu, semoga Syifa lekas sembuh.

Ibu : Ya, terimakasih sudah mau menengok saya dan sudah mau mengunjungi rumah saya ini. Nia, tolong antar Om ini ke pintu.

Dinia : Iya Bu. Om, terimakasih ya sudah mau bersilaturahmi ke tempat Nia.

Aku : Iya. Om pamit dulu ya. Jaga si Ibu dan do'akan biar si Ibu lekas sembuh.

Dinia : Iya Om. Hati - hati ya om di jalannya.

Aku : Om pamit dulu ya Nia.

(Pintu rumah ditutup oleh Dinia dan Syifa kembali ke tempat tidur. Sementara Dinia menyelesaikan belajar dan beranjak ke tempat tidur. Keduanya pun tidur.)

Aku berada diruang tamu sembari duduk dan menikmati kopi hangat.

Aku : Kenapa seusia Nia yang begitu gigih berjualan setelah pulang dari sekolah, Nia yang berusaha menjajakan jualan kue keliling di setiap jalan. Aku tak akan membiarkan ini terjadi. Bagaimanapun aku harus berusaha menolong keduanya. Besok aku akan kesana lagi untuk membawa Syifa dirawat ke rumah sakit dan Dinia akan aku usahakan agar tidak lagi berjualan kue keliling di jalan. Karena, menurutku seusia Dinia belumlah pantas berjualan. Dinia harus belajar dan berusaha menemani Ibunya. Tidak, Dinia tidak boleh berjualan. Dia belum waktunya. Biarkan aku yang membantunya. Sudah besar nanti Dinia barulah aku izinkan untuk berjualan kue. Besok semuanya aku bicarakan hal ini ke Syifa. Semoga saja Syifa mengizinkan apa yang aku perbuat.

(Hari sudah larut malam, kemudian Jaka beranjak ketempat tidur.)



Bersambung.....




Jumat, 3 Maret 2017.
21.14 WIB.
Bayu Saputro.

No comments:

Post a Comment